Senin, 12 Oktober 2015

Artikel Penalaran


Liputan6.com, Jakarta - Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di akhir tahun ini akan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dan pasar terbesar sesudah China. Dengan penghapusan aturan dan kebijakan bebas tarif, diyakini akan mendorong lebih banyak produsen pindah ke kawasan ASEAN, sehingga permintaan terhadap lahan industri bakal meningkat.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal FIABCI (Federasi Real Estate Dunia) Regional Asia Pacific, Rusmin Lawin dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Senin (10/8/2015).

Menurut dia, jika ASEAN Economic Community berhasil diterapkan, produsen dipastikan dapat mengakses pasar ke lebih dari 600 juta orang di 10 negara ASEAN. Kondisi itu menjadikan ASEAN sebagai pasar terbesar di dunia setelah China.

“Dengan jumlah penduduk ASEAN sebesar itu, dan laporan mengenai pertumbuhan segmen menengahnya yang terus meningkat setiap tahun, saya yakin banyak produsen manufaktur tertarik berinvestasi di kawasan ini termasuk di industri real estat,” kata Rusmin.

Selain peningkatan permintaan lahan industri, contoh konkrit lain dari sentiment positif dibukanya koneksi investasi ASEAN itu adalah terjadinya pertumbuhan pasar ritel di Indonesia karena konsumen dengan pendapatan lebih tinggi menuntut gaya hidup yang lebih baik, sehingga banyak peritel asing memutuskan masuk ke Indonesia.

“Peluang cukup besar, sekarang tinggal apakah kita cukup cerdas menempatkan positioning dalam persaingan ASEAN itu terlebih di sektor industri manufaktur,” ungkap pengusaha properti yang juga menjabat Wakil Sekretaris Jenderal DPP Realestat Indonesia (REI) tersebut.

Pekan lalu, Rusmin ditunjuk menjadi salah satu pembicara di IRISE International Realty Investment Summit and Expo 2015 di SMX Convention di Metro Manila, Filipina, yang membahas mengenai peluang investasi properti pasca pemberlakuan MEA.

Menurut dia, Indonesia akan bersaing dengan Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Myanmar untuk menyerap mid-low tech industry yang bersifat padat karya, sedangkan industri hi-tech akan tetap diserap Singapura dan industri yang middle-tech akan diserap oleh Malaysia dan Thailand.

Sumber :
http://bisnis.liputan6.com/read/2290239/mea-bisa-dongkrak-permintaan-lahan-industri-di-indonesia

Analisis Artikel 

Artikel diatas mempunyai topik " MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) " yang bersumber pada http://bisnis.liputan6.com/read/2290239/mea-bisa-dongkrak-permintaan-lahan-industri-di-indonesia.

Artikel ini memiliki metode penalaran deduktif, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat dari paragraf pertama, yakni : Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di akhir tahun ini akan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dan pasar terbesar sesudah China. Dengan penghapusan aturan dan kebijakan bebas tarif, diyakini akan mendorong lebih banyak produsen pindah ke kawasan ASEAN, sehingga permintaan terhadap lahan industri bakal meningkat.Disusul oleh penjabaran sebab-sebab yang ada di paragraf selanjutnya.

Artikel ini memiliki implikasi, dibuktikan dengan adanya kalimat pada paragraf ketiga, yakni :

"Jika ASEAN Economic Community berhasil diterapkan, produsen dipastikan dapat mengakses pasar ke lebih dari 600 juta orang di 10 negara ASEAN."

Mengandung arti bahwa, jika ASEAN Economic Community berhasil diterapkan, maka produsen dipastikan dapat mengakses pasar ke lebih dari 600 juta orang di 10 negara ASEAN.

Pada paragraf ketiga ini juga mengandung inferensi tidak langsung, yakni kesimpulannya ditarik oleh dua premis. Dapat dibuktikan dengan :

Premis 1   :  ASEAN Economic Community berhasil diterapkan.
Premis 2  : Produsen dipastikan dapat mengakses pasar ke lebih dari 600 juta orang di 10 negara ASEAN.
Kesimpulan : Menjadikan ASEAN sebagai pasar terbesar di dunia setelah China.
 

Jumat, 02 Oktober 2015

PENALARAN ILMIAH


1.      Pengertian Penalaran

Menurut Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusi bersikap objektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi”.

Dalam sumber yang sama, Minto Rahayu, (2007 : 35), “Penalaran adalah suatu proses berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fakta  adalah kenyataan yang dapat diukur dan dikenali. Untuk dapat bernalar, kita harus mengenali fakta dengan baik dan benar. Fakta dapat dikenali melalui pengamatan, yaitu kegiatan yang menggunakan panca indera, melihat, mendengar, membaui, meraba, dan merasa. Dengan mengamati fakta, kita dapat menghitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, mengklasifikasikan, dan menghubung-hubungkan. Jadi, dasar berpikir adalah klasifikasi”.

Sedangkan Widjono, (2007 : 209), mengungkapkan penalaran dalam beberapa definisi, yaitu:
  1. Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan. 
  2. Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
  3. Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru. 
  4. Dalam karangan terdiri dari dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan. 
  5. Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.

Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah proses pemikiran yang logis untuk memperoleh kesimpulan berdasarkan fakta yang relevan (sebenarnya). Atau dengan kata lain, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menghasilkan dan menarik kesimpulan.

2.   Proposisi

Proposisi adalah kalimat logika yang merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang dapat dinilai benar atau salah. Dengan kata lain, Proporsisi sebagai pernyataan yang didalamnya manusia mengakui atau mengingkari sesuatu tentang sesuatu yang lain.
Proposisi adalah pernyataan  tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kalimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.

Dalam sebuah kalimat Bumi adalah planet, kata bumi dan planet adalah term.Term dan proposisi mempunyai hubungan yang erat. Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat.

Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat. Dengan demikian, proposisi pasti berbentuk kalimat, tetapi tidak setiap kalimat dapat digolongkan ke dalam proposisis. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inverse tidak dapat disebut proposisi. Kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.

Kalimat berikut ini bukan proposisi:
a.    Bangsa burungkah ayam?
b.    Mudah-mudahan Indonesia menjadi Negara makmur.
c.    Berdirilah kamu di pinggir pantai.

Kalimat-kalimat itu dapat diubah menjadi proposisi sebagai berikut.
a.    Ayam adalah burung.
b.    Indonesia menjadi negara makmur.
c.    Kamu berdiri di pinggir pantai.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa proposisi itu harus terdiri dari subjek dan predikat yang masing-masing dapat diwujudkan dalam kelompoknya sehingga dapat dilihat hubungan sekelompok subjek dan kelompok predikat.
Preposisi memiliki beberapa jenis , yakni :
  • Proposisi empirik   , yaitu proposisi berdasarkan fakta.
  • Proposisi mutlak   , yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian   untuk menyatakan benar atau salahnya.
  • Proposisi hipotetik,, yaitu persyaratan huungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
  • Proposisi kategoris, yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat. 
  • Proposisi positif universal, yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
  • Proposisi positif parsial , yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif. 
  • Proposisi negatif universal, kebalikan dari proposisi positif universal.
  • Proposisi negatif parsial, kebalikan dari proposisi negatif parsial.

3.         Jenis-Jenis Metode Penalaran

Menurut Minto Rahayu, (2007 : 41), penalaran dapat dibedakan dengan cara induktif dan deduktif.

1. Penalaran Induktif
Ialah proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena atau gejala individual untuk menurunken suatu kesimpulan (inferesi) yang berlaku umum. Proses induksi dapat dibedakan menjadi:

(a)   Generalisasi,

ialah proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut: 
(1)   Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.
(2)  Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah, rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui kelahiran.

(b)      Analogi

Ialah suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri esensial penting yang bersamaan.
Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara analogi adalah sebagai berikut:
(1)  Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.
(2)  Dr. Maria C. Diamond, seorang profesor anatomi dari University of California tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuha cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya.

Dalam contoh penelitian tersebut, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi apa yang terjadi pada tikus, akan terjadi pula pada manusia.

(c)  Hubungan Kausal (Sebab akibat)

 Prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya.
 Contoh:
(1)   Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).
(2)   Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab). 

2. Penalaran Deduktif
Ialah proses berpikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum tentang suatu hal atau gejala atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus, yang merupakan bagian dari hal atau gejala diatas.
Contoh:
            Semua makhluk hidup akan mati
            Manusia adalah makhluk hidup
            Karena itu, semua manusi akan mati.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa proses penalaran itu berlangsung dalam tiga tahap.
Pertama, generalisasi sebagai pangkal bertolak (pernyataan pertama merupakan generalisasi yang bersumber dari keyakina atau pengetahuan yang sudah diketahui dan diakui kebenarannya.Kedua, penerapan atau perincian generalisasi melalui kasus atau kejadian tertentu. Ketiga, kesimpulan deduktif yang berlaku bagi kasus atau peristiwa khusus itu.

Penalaran deduktif dapat dilakukan dengan dua cara:

(a)    Silogisme 

Suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
Contoh:
            Premis mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
            Premis minor : Habibie adalah cendekiawan
            Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir.

Beberapa jenis silogisme :

a.      Silogisme Kategorial 
Yang dimaksud dengan silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor
Contoh:
Semua manusia bijaksana (premis mayor)
Semua polisi adalah manusia (premis minor
Jadi, semua polisi bijaksana
Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah pada silogisme di atas ialah manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil. 
Contoh:
Semua manusia tidak bijaksana.
Semua kera bukan manusia.
Jadi, (tidak ada simpulan).

Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut. 
  1. Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah.
Contoh:
Semua atlet harus giat berlatih.
Dimas adalah seorang atlet.
Dimas harus giat berlatih.
Term mayor: Dimas.
Term minor: harus giat berlatih. 
Term menengah: atlet.
    2.  Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan simpulan. 
    3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh:
Semua semut bukan ulat.
Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
    4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh:
Tidak seekor gajah pun adalah singa.
Semua gajah berbelalai.
Jadi, tidak seekor singapun berbelalai.
   5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif. 
   6.  Dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Sebagian orang jujur adalah petani.
Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
   7. Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
Sebagian mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
  8.   Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Beberapa manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor bintang pun adalah manusia.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
b.      Silogisme Hipotesis 
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Jika premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh:
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tidak akan memuai.      
c.       Silogisme Alternatif 

Silogisme alternatif adalah silogisme nyang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Jika premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Dia adalah seorang kiai atau professor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang professor.
Dia adalah seorang kiai atau professor.
Dia bukan seorang kiai.
Jadi, dia seorang professor.

(b)   Entinem  

Suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis mayor : Semua renternir adalah penghisap darah dari orang yang sedang kesusahan
Premis minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah orang yang kesusahan.

4.      Salah Nalar, Pengertian dan Macamnya
Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam prosesberpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh sederhana:
Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Pernyataan tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu dipertanyakan.Salah tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang berlebihan.

Salah nalar dapat dibedakan atas 4 (empat) macam:
1)   Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan generalisasi yang muncul:
a)  Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)

Kesalahan terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.

Contoh: Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya
.
b) Generalisasi apriori

Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.

Contoh: Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya.

2)   Kerancuan analogi

Kerancuan analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok).

Contoh:
”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”

3)   Kekeliruan kasualitas (sebab akibat) 

Kekeliruan kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan sebab.

Contoh:
a.    Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
b.    Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan

4)   Kesalahan relevansi

Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:
a.   Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh:
Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu. 
b.  Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh:
Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.
c.  Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.

5)     Penyandaran terhadap prestise seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
  1. Orang itu diakui keahliannya oleh orang lain 
  2. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas. 
  3. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.
2. https://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah-oleh-mardiya/ 
3. http://www.seputarpengetahuan.com/2014/12/pengertian-dan-metode-penalaran-menurut.html 



 

TIARA'S ZONEEEEE!!!!!! Template by Ipietoon Cute Blog Design